Oleh : Nuy Rebel (SMI Cab. Yogyakarta)
Terkadang saja saya merasakan (dengan perasaan dan logika), bahwa saat ini gerakan mahasiswa (kita, khususnya) terkadang saja merasa gerak (bahasa kerennya DIALEKTIKA) begitu lamban. Terkadang saja, banyak diantara kita yang akhirnya membelok ke arah lain; alasannya pun bermacam, bosanlah – tak dapat ruang eksis lah – gak suka sama si anu lah – takut kuliah terganggu lah – pengen bertapa menenangkan diri lah – takut jadi kafir lah – gak dapat2 pacar lah – bla dan bla dan bla.... Itulah dinamika gerakan mahasiswa hari ini, dengan massanya yang berwarna warni : merah kuning hijau, dikampus yang biru.
Tulisan ini sekedar mengantarkan saja tentang gerak mahasiswa di Chile. Tak ada maksud menyindir, sumpah !
-----
Alkisah, di dunia yang masih dicengkeram kuatnya imperialisme. Chile sebagai sebuah negara yang sempat mencium aroma transisi sosialisme, menorehkan sejarah besar, terutama bagi gerakan mahasiswa. Paska kudeta militer dan kapitalis terhadap masa pemerintahan Salvador Allende, Chile seakan mengalami kemunduran pelak. Rezim Augusto Pinochets telah sukses menghantarkan Chile ke jurang jaring imperialisme. Selama 30 tahun terakhir, fungsi utama dari sistem pendidikan Chili telah memperluas akumulasi modal.
Paska Pinochet, pemerintah La Concertacion Sebastián Piñera, berusaha untuk mereformasi sistem dengan meningkatkan privatisasi pendidikan dasar dan menengah. Kerangka transformasi sistem pendidikan Chile tersebut merupakan campuran antara konservatif, otoriter dan kapitalis neo-liberal. Ringkasnya sebagai berikut:
a) keseluruhan proyek transformasi dalam sistem pendidikan adalah Cile berakar dalam konsep model New Public Management. Ini bisa digambarkan sebagai berikut: "Terinspirasi oleh neoliberalisme ekonomi dan New Public Management, reformasi pendidikan dipupuk dengan kompetisi antar sekolah dan perguruan tinggi. Para penyelenggara pendidikan di motivasi untuk meningkatkan, mempromosikan efisiensi dan meningkatkan standar dengan sistem otonomi sekolah dan kampus. Maka marak desentralisasi dari administrasi pendidikan ke pemerintah daerah, dan diberlakukan pembiayaan sekolah berdasarkan sistem voucher untuk menutupi biaya operasional, dan perputaran modalnya dihitung pada kehadiran murid rata-rata bulanan (Matear, 2006: 103104) ".
b) Sistem pendidikan lama, dengan peran penting negara sebagai pemasok pendidikan publik sekonyong-konyong berubah. Hal digantikan oleh sistem baru berdasarkan pasar bebas, manajemen swasta dan berorientasi pada keuntungan pendidikan dan ketika negara dipertahankan beberapa fungsi juga harus bertujuan memenuhi tujuan tersebut.
Negara secara drastis mengurangi perannya dalam sektor pendidikan sebagai pemasok dana; tetapi mempertahankan eksistensi secara narsis dalam isu regulasi pendidikan, seakan menampakkan kontrol atas program studi dan kurikulum.
c) Hak untuk pendidikan hanya dimaksudkan untuk melindungi pasar bebas pendidikan, tetapi tidak akses egaliter maupun kualitas pendidikan.
d) Minimnya perhatian pada kualitas dan kesejahteraan pengajar dan pegawai2 administratif di sekolah dan kampus. Mayoritas pengajar disana tak mendapatkan tunjangan dan gaji yang layak.
e) Universitas besar memegang monopoli penyebaran pendidikan dengan membuat cabang-cabang di daerah-daerah, tentu dengan tarif melangit dengan skala nasional. Sehingga kampus2 kecil mulai tergulung, justru makin banyak yang tak mampu menjangkau perguruan tinggi.
f) Soal partisipasi swasta, Negara mulai mendistribusikan dana publik melalui sistem berdasarkan voucher. Hal ini sedikit mirip dengan UGM yang bekerjasama dengan PT. Trans, yang mulai bulan depan (Oktober 2011) akan memberlakukan KTM sebagai karcis TransJogja (dengan keharusan mahasiswa mengiur 100rb/bln).
g) Soal partisipasi dalam pasar pendidikan baik itu sebagai pengusaha atau sebagai
konsumen, masyarakat diberi kebebasan pilihan. Masyarakat diberi kebebasan (selama punya modal) dalam pendirian lembaga-lembaga pendidikan. Hal ini akan menimbulkan praktek privatisasi makin menjamur.
Paparan pendidikan neoliberal di Chile telah menyebabkan tumbuh kesadaran di kalangan siswa sekolah menengah dan universitas bahwa sistem pendidikan harus dirubah secara radikal !
Tanda-tanda pertama dari keresahan yang berkembang terjadi pada 2006. Berikut beberapa kronologis nya :
April, 26 : Barisan ribuan mahasiswa turun ke jalan menuntut penghapusan biaya pendaftaran dan test masuk perguruan tinggi. Aksi ini di represi polisi.
May, 1 : Barisan ribuan mahasiswa berpartisipasi dalam May Day. Aksi ini rusuh, sebagian massa aksi ditangkap di kota Santiago dan beberapa kota lainnya.
May, 4 : Aksi lanjutan kedua di Santiago, mahasiswa membuat petisi.
May, 6 : Tidak kunjung di respon, barisan mahasiswa mendesak Menteri Pendidikan Chile untuk segera memberi keputusan perihal tuntutan mahasiswa dalam bentuk petisi.
May, 7 : Gerakan mahasiswa Chile (ACES) mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berdemonstrasi pada 10 Mei. Organisasi serikat Guru turut mendukung aksi ini.
May, 10 : Ribuan mahasiswa beserta pendukung dari sektor gerakan lainnya melakukan demonstrasi. Media nasional dan internasional mulai menyoroti isu dan petisi yang menentang kapitalisasi pendidikan. Mahasiswa di beberapa universitas mulai melakukan aksi besar2an. Teriakan dan perlawanan gerakan mahasiswa ini disambut represi oleh polisi penjaga rezim Pinero.
May, 16 : Mahasiswa menolak pemiskinan massal dan regulasi2 pro kapital yang di tawarkan pemerintah. Mereka merencanakan aksi lagi pada tanggal 18 Mei.
May, 18 : Demonstrasi besar. Pemerintah merespon keras dengan represif.
May, 19 : Pelajar-pelajar menduduki sekolah. LOCE dan gerakan mahasiswa lainnya mengapresiasi gerakan pelajar ini.
May, 21 : Presiden Pinero melakukan konferensi pers dan menawarkan tawaran yang dianggap tidak solutif oleh gerakan pelajar dan mahasiswa.
May, 22 : Di banyak sekolah-sekolah dan kampus menyatakan akan terus melakukan demonstasi. Di beberapa titik mulai ramai konsolidasi dan perdebatan mengenai APA YANG AKAN DILAKUKAN SELANJUTNYA ?
Slogans “fighting for a public and good education for everyone” lahir sebagai ruh yang menyatukan konsolidasi gerakan pelajar dan mahasiswa.
May, 23 : Kampanye anti kapitalisasi pendidikan dan demonstasi terus berlanjut.
May, 24 : Sebagian anggota parlemen mengancam guru-guru yang bersolidaritas, dengan sanksi administrastif bila mereka terus mendukung aksi ini.
May, 25 : Gejolak perlawanan terus berlanjut dan hampir 50.000 mahasiswa berpartisipasi dalam demonstrasi rally. Sebuah panggilan perubahan di penjuru Chile di gaungkan.
May, 26 : Lebih dari 100.000 pelajar dan mahasiswa termobilisasi dan ratusan sekolah diduduki. Terjasi krisis politik nasional. Lalu direncanakan aksi besar tanggal 30 Mei akan lebih besar dan radikal. The crisis reached national proportions.
May, 28 : Lebih dari 200 sekolah berpartisipasi di gerakan ini. Banyak berdatangan partisipasi dari guru-guru dan orangtua murid.
Dalam website dan situs jejaring sosial gerakan massa membuat statmen :
“We think that this market-oriented education is maintained by the capitalist system
and all the politicians that sustain it. That is the problem and only abolishing such
economics system we could get real solutions”. (diambil dari salah satu situs milik pelajar Chile).
May, 29 : Lebih banyak lagi sekolah-sekolah yang diduduki. Kritik dan sindiran keras terhadap pemerintahan yang pro neoliberal mulai massif, juga ajakan untuk aksi tanggal 30 Mei , terutama di dunia maya.
May, 30 : Masyarakat di penjuru Chile menjadi saksi demosntrasi besar2an skala nasional. Lebih dari 250 sekolah ikut ambil bagian. Aksi ini menjadi sejarah baru, sebagai aksi terbesar menentang rejim diktator pro neoliberal Pinero. Gerakan mahasiswa mempunyai kekuatan mobilisasi dari dukungan dan partisipasi pelajar, guru, orangtua, dan sektor lainnya seperti gerakan buruh dan petani. Lebih dari 1,6 juta massa turun k jalan. Lebih dari 100.000 mahasiswa termobilisir. Sayangnya, aksi ini di sambut represi keras oleh militer.
Prestasi gerakan mahasiswa di Chile tak berhenti sampai di situ. Ribuan kali aksi protes menentang kediktatoran rezim terus dilakukan bersama massa rakyat pekerja, pelajar, dan lainnya. Yang patut menjadi bahan pembelajaran, terutama buat gerakan mahasiswa Indonesia yang sering dirudung kebosanan, bahwa gerakan mahasiswa di Chile menggunakan strategi kreatif, massif dan kontinu dalam kampanye isu dan mengorganisir massa di kampus2, serta membuka pintu konsolidasi secara luas dengan membuka ruang dialog dengan golongan intelektual kampus, dan serikat-serikat guru, petani, seniman dan pekerja.
Deretan kisah perjuangan gerakan mahasiswa Chile sangat luar biasa taktis kreatif. Misalnya, sebagai respon terhadap deklarasi pemerintah hari libur awal, mahasiswa turun ke jalan dalam pakaian renang dan peralatan snorkeling, meskipun di tengah musim dingin! Gerakan mahasiswa mampu merubah seluruh bagian kota Santiago dengan karnaval surealis dalam makna protes dan sindiran keras terhadap kebijakan diskriminatif pemerintah, media yang selama ini dikontrol pemerintah pun tak bisa menahan diri untuk meliput aksi kreatif itu.
Aksi protes juga terjadi di dunia maya, seperti maraknya video2 Youtube yang mendokumentasikan aksi karikatif dan aksi formal gerakan mahasiswa. Kemasan propaganda luarbiasa kreatif, misalnya tari-tarian ala Lady Gaga atau dokumentasi teater sindiran di pusat ibukota, 'el besaton' massa mencium maraton, dan rekonstruksi bunuh diri sebagai ejekan terhadap pemerintah. Totalitas aksi mereka dengan berani memboikot pintu-pintu kelas di sekolah-sekolah dan kampus adalah langkah yang luarbiasa berani....
Lalu. gejolak kembali membuncah pada tahun 2011. Pada tanggal 9 Agustus dan 18, demonstrasi besar terjadi di Santiago dan di kota-kota utama di Chile. Antara 150.000 dan 200.000 barisan mahasiswa dan pelajar di ibukota menyatakan sikap bahwa jalan dialog dengan pemerintah mustahil membuahkan hasil, tak ada jawaban memuaskan terhadap tuntutan mereka untuk menggratiskan dan mengkualitaskan pendidikan Chile. Gerakan pun meluas.
Orangtua murid, seniman, guru dan pekerja menyatakan komitmen mereka untuk menjadi bagian dari gerakan demokrasi yang menuntut sebuah masyarakat yang demokratis dan mengakhiri 30 tahun neoliberalisme di negara itu. Bahkan golongan elit swasta siswa SMA bergabung dengan gerakan ini.
Diperkirakan dari 4 juta mahasiswa di Chile, 500.000 secara aktif berpartisipasi dalam perjuangan. Namun, jelas bahwa banyak lapisan masyarakat juga aktif terlibat. Misalnya, sebagian ada yang untuk mengekspresikan solidaritas mereka dengan memukul pot pada malam hari. Mobilisasi untuk menduduki tempat-tempat umum, jalan-jalan alun-alun dan jalan raya, membawa ingatan akan perjuangan anti-Pinochet pada 1980-an. Hal ini kemudian menjadi daya tarik yang luas bagi gerakan rakyat tampak jelas dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh ‘solidaritas keluarga untuk pendidikan' pada 21 Agustus di taman utama pusat Santiago. Pertemuan itu menarik 1 juta orang dalam mendukung tuntutan siswa.
Alhasil : Knop Revolusi Pendidikan Chile diaktifkan !
----
Jika sedikit dikomparasikan dengan Indonesia, sedikit banyak ada persamaan. Dari transisi ke hampir sosialis, dikudeta militer, jatuh ke jurang jaring imperialisme, skema liberalisasi dunia pendidikan hingga terbit regulasi-regulasi anti rakyat. Protes pun sebenarnya sudah sering dilakukan, hanya saja memang masih banyak evaluasi dari setiap gerak kita. Tapi proses panjang dan rumit itu akan membuahkan dialektika manis untuk gerakan kita. Ini bukan skor final perjuangan kita, kawan.
Gerakan Mahasiswa Indonesia : Mari Bangkit ! Lawan ! Hancurkan Tirani !
No comments:
Post a Comment