Tuesday, June 19, 2012

Jayenggaten oh Jayenggaten, Kemana Rimbanya ?


Malam ini aku tengah berdiskusi di Pondok Mertua Indah Kedungmundu dengan seorang kawan, sebut saja namanya Harir, dia adalah Ketua SMI Cabang Semarang.....”
Tiba-tiba terbesit ingatan pada tahun-tahun 2005 akhir atau 2006 awal aku lupa pastinya, yang jelas pada kala itu kami tengah membangun Ormass mahasiswa tingkat nasional dahulu kami bersatu dalam Keluarga Aktifis Mahasiswa Demokratik (KA-MD) Semarang.....”
Kala itu ketika kami para Mahasiswa Demokratik sedang menentang proses pembangunan HOTEL GUMAYA PALACE yang terletak di Jl. Gajah Mada, Semarang. Proses pembangunan hotel tersebut tidak memiliki ijin AMDAL, IMB nya pun bermasalah karena ulah Walikota Semarang pada periode itu. Lantas pembangunan hotel tersebut berimbas pada penggusuran warga kampung Jayenggaten, mendengar kabar itu kami dan kawan-kawan dari organisasi gerakan yang lain di semarang memulai konsolidasi dan bersepakat untuk melakukan proses advokasi dan mengorganisir warga Jayenggaten. Kala itu kami merumuskan banyak strategi dan taktik untuk menentang upaya penggusuran dan menolak pembangunan hotel tersebut, dari mulai membangun posko perlawanan, menggelar rapat-rapat akbar, mobilisasi dan aksi-aksi penolakan digencarkan, beberapa kali kami bentrok dengan para cecunguk-cecunguk bayaran yang membela kepentingan “Boss” hotel tersebut yang konon berasal dari Singapore......”
Pengorganisiran pun semakin massif dan perlawanan warga semakin berkecamuk, hampir tiap hari berita perlawanan warga Jayenggaten meramaikan head line media massa. Anggap saja kala itu warga Jayenggaten sedang memasuki jaman jaya berjuang, seakan tak mengenal rasa lelah. Spanduk dan poster menjadi hiasan sepanjang lorong jalan, kami dan mereka sangat heroik.......”
Tidak jarang kami melakukan mobilisasi massa menggeruduk PEMKOT Semarang, bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak memadati barisan aksi, dari beragam pealatan dapur eperti panci, ember dan temen-temennya dibawa untuk meriuhkan suasana aksi. Tak kenal lelah, pantang takluk, sepertinya api perlawanan itu susah padam. Walikota semarang pun acuh tak acuh terhadap tuntutan warga Jayenggaten, dari proses Non Litigasi sampai dengan Litigasi termasuk mengajukan Gugatan ke PTUN kami lakukan. Namun perlawanan kami selalu dipatahkan oleh persekongkolan jahat mereka. Persatuan warga pun di pecah belah, adu domba menjadi momok sehari-hari, perlawanan kami selalu dihalau dengan beragam cara.......”
Singkat kata ; dalam proses perjuangan itu harus selalu waspada dalam segala hal, solidkan barisan, jangan ceroboh dan bertindak disiplin. Karena tanpa semua itu kita akan hancur dan lemah. Warga jayenggaten pun tumbang perjuangannya... dalam sekejap pelawanan itu kandas.......”
Kini dengan congkaknya Tower Hotel Gumaya Palace itu berdiri tegak......”
Aku masih ingat betul hari-hari di posko perlawanan itu selalu diwarnai dengan diskusi-diskusi sesekali kami juga menyayikan lagu-lagu perjuangan, salah satunya lagu yang paling kami ingat adalah “ Bangunlah Wanita” karena warga Jayenggaten mayorita kaum wanita dan anak-anak...”
Begitulah sekapur sirih tentang kisah kami dikala itu, aku sangat rindu suasana berlawan itu......”
Salam buat semua warga Jayenggaten yang sekarang sudah berpencar dan aku tidak tau dimana mereka tinggal......”
Itu adalah guru terbaik dalam hidup kami, mereka dan kalian.......”

Kedungmundu, pukul 22:57, 19 Juni 2012
Toni Triyanto

Salam Pembebasan.......!

No comments:

Post a Comment

Lihat SMI Semarang Office di peta yang lebih besar