SEJARAH PERKEMBANGAN
KAPITALISME
A.
PENDAHULUAN
Kapitalisme sebenarnya bukanlah hal yang baru
untuk untuk di perbincangkan, tetapi melihat pengaruhnya yang masih begitu kuat
terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat dunia umumnya dan Indonesia
khususnya membuat kapitalisme tak pernah berhenti untuk diperbincangkan.
Oleh karena itu tiada salah bila kita sekali lagi mengenal sedikit tentang
kapitalisme dan sejarah perkembangannya. Kapitalisme jika dilihat dari segi
etimologi yaitu berasal dari dua kata “Capital (modal) dan Isme (paham atau
cara pandang). Namun jika kita telusuri makna dari kapitalisme sendiri yait
berasal dari bahasa latin caput yang
berarti “kepala”. Arti ini menjadi jelas, misalnya dalam istilah “pendapatan
per kapita” atau pendapatan per kepala. Apa hubungannya dengan “capital” yang
lain yang sering kita terjemahkan sebagai “modal”? Konon kekayaan penduduk
Romawi kuno diukur oleh berapa kepala hewan ternak yang ia miliki.
Semakin banyak caput-nya, semakin sejahtera. Tidak mengherankan, jika kemudian
mereka “mengumpulkan” sebanyak-banyaknya caput. Sekarang jelas sudah, mengapa
kita menterjemahkan capital sebagai “modal”. Sementara” Isme” sendiri mengacu
kepada paham, “ideologi” cara pandang atau cara hidup yang diterima oleh
sekelompok luas masyarakat dan karenanya menjadi konvensi, karea dapat saja
ditolak oleh kelompok masyarakat yang lainnya, sehingga kapitalisme adalah modal
–isme atau paham yang berdasarkan modal (pemilik modal).
SELAYANG PANDANG ZAMAN BERGERAK MASYARAKAT INDONESIA
A.
Pendahuluan
Hubungan diantara kalangan
kelompok intelektual dan politik merupakan bagian penting dari perjalanan
sejarah Indonesia. Hubungan itu mulai memperoleh bentuknya terutama ketika
terjadi kebutuhan yang meningkat akan tenaga kerja terampil pada akhir abad ke-19
sebagai akibat dari diperkenalkannya private
capitalism oleh pemerintah kolonial semasa periode liberal (1870-1900). Salah
satu perubahan terpenting yang dihasilkan oleh apa yang disebut dengan 'politik
etis' ini terjadi pada tiga dekade pertama abad ke-20 ketika program pendidikan
'massal' pemerintah kolonial telah menghasilkan kelompok terdidik di kalangan
bumiputra dalam jumlah yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Pendirian sekolah
dan organisasi baik disadari atau tidak memicu rakyat pribumi untuk melakukan
pergerakan dan resistensi terhadap pemerintah yang berdaulat.
Berbagai organisasi modern mulai
bermunculan, tepatnya pada 1908 muncul Boedi Oetomo sebagai organisasi pertama
rakyat pribumi. Walaupun banyak kalangan sejarawan yang meragukan Boedi Oetomo
sebagai organisasi pergerakan yang berspektrum nasional, karena masih bersifat
lokal (Jawa), di samping itu Boedi Oetomo adalah organisasi sosial yang
bersifat kooperatif dengan pemerintah yang berwenang. Namun, keberadaan Boedi
Oetomo ini setidaknya merangsang organisasi-organisasi pergerakan sosial
politik yang bersifat nasional seperti SI (Sarekat Islam), kemudian disusul IP (Indische
Partij), Insulinde, ISDV yang kemudian menjadi PKI (Partai Komunis Indonesia),
dan lain sebagainya. Harus dicatat peran sentral SI terutama di bawah kepemimpinan
Tjokroaminoto sebagai organisasi mainstream tempat para pemimpin pergerakan menempa
diri. Sebagian besar para pemimpin organisasi-organisasi pergerakan yang ada
adalah kader, anggota, bahkan ketua cabang dari SI. Perjuangan bersenjata yang
tak terorganisir secara modern mulai ditinggalkan. Kalangan generasi baru mulai
memilih alat perjuangan baru berupa organisasi dan ilmu pengetahuan serta cara
berpikir modern. Pada saat itu mulai muncul perubahan kesadaran baru akan cita-cita
dan orientasi perjuangan. Isu-isu tentang nasionalisme, sosialisme dan
demokrasi adalah gagasan yang sering dikemukakan oleh kalangan pergerakan
menggeser pemikiran tradisional yang feodal dan mistik.[4]