Menjelang “Hari Pelajar Sedunia” Mahasiswa Internasional Berjuang Untuk Pendidikan
S |
etiap negara yang mendasarkan pada sistem kapitalisme sebagai arah kebijakan ekonomi-politiknya saat ini telah terbukti gagal. Krisis kapitalisme yang masih berkecamuk hingga sekarang ini semakin jelas memperlihatkan bahwa sistem kapitalisme telah bobrok dan usang. Krisis kapitalisme telah memperparah penderitaan rakyat dunia melalui kebijakan Dana Stimulus dan Pengetatan Anggaran yang dalam kenyataannya telah gagal. Kanselir Jerman, Angela Merkel menyatakan belum ada solusi lagi bagi krisis yang menimpa Eropa, maka jelaslah bahwa tidak ada jalan lain untuk keluar dari krisis kapitalisme selain meninggalkan sistem tersebut.
Salah satu praktek kebijakan pengetatan anggaran adalah pemotongan besar-besaran subsidi bagi pendidikan. Akibat pemotongan subsidi ini, biaya pendidikan semakin mahal dan telah menutup akses rakyat terhadap hak mendapatkan pendidikan. Pendidikan Juga termasuk Hak Asasi Manusia yang merupakan layanan publik tanpa terkecuali, namun sistem kapitalisme telah mengubah dari layanan publik ke layanan jasa yang berlandaskan profit oriented. Maka di seluruh dunia, gerakan mahasiswa international (International Student Movement) telah menunjukan konsistensinya dalam perjuangan melawan kapitalisasi pendidikan dan menuntut pendidikan gratis, ilmiah, demokratis dan bervisi kerakyatan.
Secara umum situasi objektif pendidikan nasional tidak berbeda dengan situasi pendididkan di negara lain. Pendidikan yang diliberalisasikan oleh sistem kapitalisme menjadikan pendidikan sebagai komoditas yang di perjual belikan. Tidak hanya di Indonesia, di negara lain pun terjadi perlawanan terhadap kapitalisasi pendidikan.
Sekian banyaknya perjuangan mahasiswa, diantaranya adalah perjuangan mahasiswa di Kolombia dan Yunani yang melakukan mogok bersama dengan staf pengajar dalam rangka memprotes Undang-undang pendidikan baru yang membuka universitas untuk investor swasta. Mahasiswa di Chili turun ke jalan menuntut pendidikan gratis. Kemudian sekitar 100 murid duduk di aula utama Gymnasium dan bermalam di Bremen (Jerman) untuk memprotes pemotongan anggaran di bidang pendidikan dan berjuang untuk pendidikan yang demokratis di sekolah. Polisi menangkap 17 mahasiswa Universitas Jagannath pada saat aksi long mach di Dhaka (Bangladesh) memprotes kebijakan pemerintah tentang dana universitas. Sekitar 20.000 mahasiswa, guru dan staf turun ke jalan di Filipina dalam unjuk rasa mengutuk pemotongan anggaran untuk pendidikan dan pelayanan publik. Serta Serikat Guru Pendidikan Umum di Spanyol melakukan protes terhadap pemotongan anggaran yang akan mengakibatkan peningkatan jam kerja untuk guru tetap dan melakukan protes pemberhentian guru honorer atau kontrak.
Sehingga pada tanggal 17 November 2011 mendatang, yaitu sebagai Hari Pelajar International (International Student’s Day) merupakan hal terpenting bagi gerakan mahasiswa di Indonesia termasuk Serikat Mahasiswa Indonesia untuk melakukan perjuangan secara Nasional maupun Internasional dalam melawan sistem kapitalisme yang menjadikan pendidikan nasional dan internasional yang berorientasi pada keuntungan semata (profit oriented).
Maka Kami dari Serikat Mahasiswa Indonesia sebagai koordinator “International Student Movement” di Indonesia akan melakukan aksi serempak di tiap-tiap kota dan kampus. Disamping itu kami juga mengajak semua kalangan civitas akademik UNISSULA untuk bersama-sama menyambut kedatangan Hari Pelajar Sedunia (International Student’s Day) dan juga melawan segala bentuk kapitalisasi dalam dunia pendidikan.
SMI Komisariat UNISSULA akan menyelenggarakan diskusi umum pada :
Hari / Tanggal : Kamis 17 November 2011
Tempat : Taman belakang perpustakaan
UNISSULA.
Waktu : Pukul 13.00 WIB – Selesai
Tema : “Students Action For Education”
One World – One Struggle
Contact Person : 085255524122 - Ivy (FKG)
087833713546 - Antoni (FAI)
Facebook : Smi Semarang
Twitter : smisemarang
No comments:
Post a Comment