- GLOBAL WAVE of ACTION for FREE EDUCATION Nov.17th - Nov.23rd 2013
- Lihat Kumpulan Desain Terbaru SMI Semarang Di Page Facebook SMI grafis
- Konsistensi Perlawanan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) Terhadap Kapitalisasi Pendidikan
- Statement Tolak Kenaikan Harga BBM 2013
- UU PT DISAHKAN : MALAPETAKA BAGI RAKYAT INDONESIA
Sunday, March 22, 2009
MELIHAT LEBIH DEKAT
Minggu pagi, seperti biasa, sekitar jam 9 pagi,, aku berjalan menuju sebuah jembatan besar yang sedang direnovasi di tengah kota... Dengan beralaskan sendal jepit dan tas ransel dipunggungku, aku mulai menuruni jembatan besar tersebut menuju sebuah lokasi dibawahnya. Aku memang sedikit berhati-hati berjalan karena kondisi dan tekstur tanahnya yang licin bekas diguyur hujan semalam. Lokasi yang aku tuju memang sangat jauh dari kemewahan....
Temanku terbiasa hang out menghabiskan waktu hari minggu kami untuk mengajar dan bermain bersama anak-anak yang mungkin kurang beruntung dari anak-anak lain seusianya…
Yupz, di kolong jembatan tersebut terdapat banyak sekali anak-anak jalanan yang mengalami putus sekolah karena ketidak mampuan mereka secara finansial untuk melanjutkan sekolah. Untuk itulah aku dan beberapa orang temanku mencoba menjadi sukarelawan mengajar anak-anak tersebut membaca, menulis, dan lain-lain, agar mereka juga mendapatkan pendidikan meskipun mereka tidak mampu duduk di bangku sekolah.
Ada sekitar 50 orang anak. Usia mereka bervariasi, antara 4 sampai 15 tahun,, usia dimana mereka seharusnya masih mengenyam bangku sekolah TK, SD, atau SMP.. Namun apa daya, kondisi kehidupan dan hambatan ekonomilah yang akhirnya membuka mereka harus cukup puas menjadi pengamen jalanan atau membantu orangtua mereka mengemis, tak jarang pula mereka diajari menjadi pencopet atau pencuri oleh orang dewasa yang lebih tua usianya,, sangat miris memang...
Untuk itulah, dari program yang aku dan teman-temanku jalankan saat ini, kami berupaya untuk mendidik mereka agar tidak terjerumus pada perbuatan negatif yang bukan saja dapat merugikan diri sendiri, tapi juga dapat berdampak buruk bagi orang lain... Bagiku, mengajar anak-anak jalanan memang memiliki keunikan tersendiri.. Mereka berbeda dari anak-anak seusianya, dengan usia yang relatif kanak-kanak mereka memang sudah mengecap kerasnya dunia, kerasnya persaingan di jalanan,, hampir tidak ada waktu bagi mereka untuk bermanja-manja apalagi menikmati permainan yang seharusnya di usia mereka...
Memang agak sedikit sulit untuk mengajar mereka membaca atau berhitung, kebetulan karena aku memang lebih suka mengajar bidang eksakta, maka aku memilih mengajar bidang matematika. Pada umumnya anak-anak tersebut memang menolak ketika diminta untuk belajar,, alasannya capek, malas, gak ngerti, dan lain sebagainya,, namun itu merupakan tantangan tersendiri untukku, sehingga biasanya aku selingi dengan beberapa permainan agar mereka mau belajar. Tidak jarang pula mereka baru mau belajar ketika aku sudah membawakan mereka roti, kue-kue atau sesuatu yang menguntungkan mereka... Sering kali pula mereka baru mau belajar kalau sudah diberi uang,, naaaahh kalo yang terakhir ini aku memang tidak pernah melakukannya, disamping karena tidak mau membiasakan mendidik mereka dengan materi, juga agar membiasakan mereka untuk tidak mengemis pada orang lain...
Namun terkadang tak jarang hambatan terbesar justru berasal dari kedua orangtua mereka sendiri,, orangtua menolak anak-anaknya belajar dengan kami karena beberapa alasan yang menurutku sangat tidak logis… Orangtua mereka mengatakan bahwa anak-anak mereka hanya butuh uang, tidak butuh pendidikan,, waah kacau kan… Tapi yah,, bagi kami itulah nikmatnya sebuah perjuangan, gak seru kalo gak ada hambatannya kan? So, dengan perlahan namun pasti akhirnya kami berhasil meyakinkan orangtua mereka tentang pentingnya sebuah pendidikan, minimal mereka harus bisa membaca, menulis, dan berhitung untuk bekal hidup mereka di masa mendatang…
Yah, memang ada suka dukanya dalam mengajari anak-anak ini,, anak-anak yang tumbuh dan berkembang di jalanan memang terkadang cenderung lebih keras, saling bersaing, dan sedikit lebih liar,, mereka cenderung melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang mereka inginkan sendiri terkadang tanpa perduli pada orang lain…. Tapi aku tahu pasti, pada sorot matanya,, tetaplah sorot mata anak-anak lugu yang merindukan kasih sayang dan perhatian dari orang lain… Entah dimanapun, bagiku anak-anak tetaplah anak-anak, dunia yang seharusnya masih memiliki keceriaan. Usia dimana mereka seharusnya masih mendapatkan perlindungan dari orang dewasa…
Ahh,, andaikan saja kita mau melihat lebih dekat…
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Lihat SMI Semarang Office di peta yang lebih besar
No comments:
Post a Comment