Ditulis oleh Toni Triyanto
Dalam setiap fase pergolakan politik di tanah air ini
sebenarnya tidak lepas dari peran
kaum pemuda dan Mahasiswa, sepanjang sejarah pada setiap
levelnya gerakan pemuda
dan Mahasiswa selalu ambil bagian yang cukup penting,
terlepas dalam prosesnya
ternyata banyak evaluasi yang cukup mendalam. Suatu contoh
konkrit bisa kita lihat pada
Gerakan mahasiswa pasca Reformasi ’98 yang kemudian tidak
memandang kampus
sebagai basis utama perlawanan mahasiswa dalam memperjuangkan
hak-hak demokratis
mahasiswa. Banyak persoalan mahasiswa di kampus yang
sebenarnya bisa disikapi dan
bisa dijadikan sebagai pemicu dalam menggelorakan kampus
ternyata tidak direspon oleh
organisasi-organisasi Mahasiswa baik intra kampus maupun
ekstra kampus, mulai dari
persoalan minimnya fasilitas, layanan administrasi yang berbelit-belit, pungli, biaya
kuliah yang semakin mahal, represifitas terhadap aksi-aksi
mahasiswa, kebebasan
berekspresi, berpendapat dan berorganisasi selalu dibatasi
sampai pada hal yang cukup
strategis tentang pengambilan kebijakan kampus yang tidak
pernah melibatkan
Mahasiswa (seperti pemilihan rektor dan perumusan-perumusan
peraturan kampus).
Perjuangan demokratisasi kampus (perjuangan menyangkut
pemenuhan hak-hak sosial
ekonomi dan hak politik di kampus) merupakan tugas
fundamental yang harus dilakukan
oleh organisasi Mahasiswa, artinya bahwa setiap organisasi
Mahasiswa baik intra kampus
maupun ekstra kampus harus mampu menjalankan fungsinya
sebagai pelayan massa
Mahasiswa untuk memenuhi hak-hak sosial ekonominya. Peran
lembaga mahasiswa
(BEM dan SENAT Mahasiswa) sangatlah lemah dan memposisikan
dirinya eksklusif dari
kepentingan massa Mahasiswa khususnya dalam menyalurkan
aspirasi perjuangan
mahasiswa, yang terjadi justru saling benturan antar
organisasi di kampus hanya karena
orientasi politik Mahasiswa yang sangat pragmatis yang
mempunyai kecenderungan
merapat dan tunduk dengan birokrasi kampus, elite politik
lokal maupun elite politik
tingkat nasional, sehingga mereka hanya dijadikan sebagai
kaki tangan untuk
melancarkan kepentingan-kepentingan elite. Hal sepertii
inilah yang menimbulkan efek
kurang baik sehingga massa Mahasiswa tidak interes terhadap organisasi Mahasiswa.
Persoalan tersebut sebenarnya sudah tercermin dari mekanisme pembentukan dan pemilihan
pengurus-pengurus lembaga Mahasiswa yang
sebenarnya tidak demokratis,
mengapa? Karena konsepsi pemilu Mahasiswa di kampus juga
lebih cenderung sama
dengan konsepsi yang diterapkan oleh negara hari ini, artinya
cara pandang terhadap
demokrasi masih cukup dangkal sehingga dalam prakteknya hanya
memaknai demokrasi
secara prosedural. Dalam konteks kampus massa Mahasiswa hanya
di mobilisasi untuk
memilih calon ketua BEM ataupun SENAT dengan cara-cara yang
cukup pragmatis
tanpa banyak memberikan pendidikan politik terhadap
Mahasiswa. Lantas pertanyaanya,
konsepsi lembaga Mahasiswa yang cukup representative seperti
apa? Apa relasinya
dengan ormass Mahasiswa ekstra kampus ? Sehingga mampu
mengemban tugas-tugas
perjuangan massa Mahasiswa di kampus.
Kalau targetan kita yaitu mendorong perwujudan demokratisasi
kampus berarti ada
beberapa hal yang harus kita rombak ; 1. Merumuskan konsepsi
lembaga kampus yang
cukup representative dan sejajar dengan pihak rektorat atau
pengelola kampus, 2.
Menerapkan metode pemilu Mahasiswa yang partisipatif dan
syarat dengan pendidikan
politik bagi Mahasiswa, 3. Menyusun program-program konkrit
untuk mendorong
perwujudan demokratisasi kampus dan mengkampanyekan tuntutan
sosial ekonomi
Mahasiswa, 4. membangun alat persatuan dalam bentuk front
ditingkatan kampus sebagai
alat perjuangan politik bagi Mahasiswa, hal inilah yang kemudian dijadikan sebagai
media untuk mempersatukan organisasi-organisasi Mahasiswa
baik intra kampus maupun
ekstra kampus. Kedudukan front selain untuk mempererat
kerjasama antar organisasi di
kampus (intra atau ekstra kampus) dan memperkuat kedudukan
perjuangan massa
mahasiswa di kampus, juga berperan dalam kerangka mengisolir
klik paling reaksioner di
kampus yaitu jajaran rektorat atau pengelola kampus. Dengan
bergeloranya perjuangan
massa mahasiswa di kampus-kampus, hal tersebut akan menjadi
pemicu bagi perjuangan
massa yang lebih maju dan luas di tingkat lokal atau nasional
dalam kerangka perjuangan
pembebasan nasional melawan imperialisme.
Mengapa kita harus memandang kampus sebagai basis perjuangan
Mahasiswa? Karena
kontradiksi yang sering muncul dan cukup konkrit dirasakan
Mahasiswa adalah di
kampus yang secara langsung siap vis a vis dengan pihak
rektorat atau pengelola kampus
sebagai rantai terendah dari kebijakan imperialisme. Kampus
sebagai corong yang selalu
melahirkan kebijakan-kebijakan tidak populis terhadap
kepentingan Mahasiswa, apalagi
ketika melihat kondisi kampus dalam konteks kekinian yang
cenderung berorientasi pada
pasar dan sangat kapitalistik hal ini semakin matang karena
didukung oleh rezim
pemerintah SBY-Kalla yang tunduk pada kepentingan
imperialisme dan berperan sebagai
regulator untuk memuluskan penetrasi program-program
imperialis lewat pintu kebijakan
dalam bentuk peraturan –peraturan dan Undang-Undang yang
menindas rakyat, sebagai
contoh beberapa kebijakan Undang-Undang yang merugikan
disektor Pendidikan ; UU
No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, PP No 60 Tahun 1999
tentang Pendidikan Tinggi,
PP No 61 tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri
sebagai Badan Hukum,
PP No 151 tahun 2000, PP No 152 Tahun 2000, PP No 153 Tahun
2000, PP 154 tahun
2000, PP No 06 tahun 2004 (semuanya tentang pem-BHMN-an UI,
ITB, UGM, IPB,
UNAIR, UPI ) banyaknya peraturan pemerintah dan Undang-Undang
tersebutlah yang
sebenarnya sangat mempengaruhi kebijakan kampus sehingga
merugikan kepentingan
Mahasiswa. Untuk Menggelorakan aktifitas perjuangan massa
Mahasiswa di kampus
maka kita harus paham dan tuntas dalam membaca kondisi kampus
kita baik secara
kebijakannya, struktur modalnya, manajemen kampus sampai pada
tingkatan kebutuhan
infrastrukturnya yang semuanya sangat berkaitan erat dengan
kepentingan Mahasiswa,
setelah semuanya dibaca secara tuntas maka akan kita
kualitatifkan sampai pada sebuah
kesimpulan bahwa kampus saat ini bukan lagi mengedepankan
fungsi secara sosial
melainkan lebih mengedepankan kepentingan modalnya.
Pentingnya
Memperjuangkan Hak-hak Sosial Ekonomi Massa Mahasiswa di
Kampus
Sebagai Mahasiswa dalam memandang situasi obyektif saat ini merasa sangat
berkepentingan untuk terlibat dalam memperjuangkan hak-hak social ekonomi massa
Mahasiswa melalui perjuangan politik tingkat kampus, tentunya
akan lebih banyak
berbicara tentang dunia pendidikan sebagai sektor yang paling
bersinggungan dengan
hak-hak Pemuda Mahasiswa di Indonesia. Artinya bukan berarti
kita menisbikan tugas-
tugas perjuangan politik yang sifatnya umum, tapi hal ini
merupakan bentuk manifestasi
perjuangan dari Organisasi Mahasiswa. Berdasarkan kondisi
obyektif hari ini, dunia
pendidikan semakin berorientasi pada kepentingan pasar dan
kapitalisasi pendidikan
menjadi suatu hal yang tidak bisa di elakkan lagi, artinya
semua ruang-ruang pendidikan
menjadi komoditas bagi kepentingan modal makanya tidak heran
jika dunia pendidikan
kita menjadi semakin mahal dan secara out putnya tidak
berkualitas, lantas pertanyaanya
siapa yang siap mengemban tugas-tugas perjuangan massa yang
sangat berkepentingan
dengan dunia pendidikan ? selama ini sudah banyak kebijakan
dari negara hari ini
melalui pemerintahan yang komparador dan jelas-jelas tunduk
pada kepentingan
Imperialisme, khususnya kebijakan didunia pendidikan yang
semakin jauh dari esensi
pendidikan yang sebenarnya yaitu pendidikan sebagai alat
untuk mencerdaskan dan
membebaskan manusia dari belenggu yang menindas
Kondisi Mahasiswa hari ini sebenarnya masih dalam tahap
kesadaran ekonomis yang
mana sangat perlu untuk meningkatkan taraf kesadaran massa
Mahasiswa agar lebih maju
dan kualitatif yaitu menuju kesadaran poltik, untuk mendorong
hal tersebut tentunya
harus melalui proses yang cukup sistematis agar kemudian bisa
diterima dan direspon
oleh massa Mahasiswa. Pilihannya adalah dengan mendorong
peningkatan analisa sosial
Mahasiswa atas beberapa hal yang sangat konkrit bisa
dirasakan oleh Mahasiswa yaitu
segala hal yang menyangkut kepentingan sosial ekonominya,
karena hal inilah yang
paling memungkinkan untuk bisa masuk dalam pemikiran
kawan-kawan Mahasiswa yang
hari ini lebih dominan dipengaruhi oleh culture yang
hedownis, pola pikir yang apatis dan
cenderung berwatak pragmatis, maka salah satu jalannya adalah
dengan mengkampanyekan kepentingan dan hak-hak Mahasiswa mulai dari persoalan
biaya
kuliah yang mahal, minimnya kualitas kampus untuk menunjang
belajar Mahasiswa dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya. Dari sinilah kita akan
meningkatkan daya kritis
Mahasiswa dan mulai menggerakkan pada dataran praktek
perjuangan yang lebih maju
melalui diskusi-diskusi tentang situasi kampus dan aksi-aksi untuk menuntut hak-hak
massa Mahasiswa di kampusnya. Ketika kita menginginkan
bangkitnya gelombang
perjuangan massa di kampus maka kita harus bisa menunjukkan
kesamaan kepentingan
kita, artinya Mahasiswa bergerak atas landasan kebutuhan
konkrit yang sangat
bersinggungan dengan hak-haknya. Hal seperti inipun
sebenarnya berlaku ditingkatan
sektor rakyat lain seperti buruh yang juga berangkat dari
kesadaran ekonomisnya yang
selalu berbicara tentang upah, system kerja kontrak,
outsorching, tentang PHK dan
persoalan-persoalan lain yang sering bersinggungan pula dengan kepentingan kelas
buruh. Begitu juga dengan kaum tani yang selalu menuntut
tentang reforma agraria atau
land reform. Berarti tahapan untuk meningkatkan kesadaran
massa memang harus
berangkat dari kebutuhan yang paling riil saat ini, karena
kita sangat yakin bahwa
kesadaran akan bergerak semakin kualitatif apabila melalui
tahapan yang sistematis dan
menggunakan cara berpikir yang tepat.
Peran
Organisasi-organisasi Tingkat Kampus dalam Mendorong Perwujudan
Demokratisasi Kampus
Ketika berbicara tentang perjuangan massa Mahasiswa di kampus
dan upaya yang
dilakukan untuk mendorong perwujudan demokratisasi kampus maka tidak lepas dari
peran organisasi-organisasi Mahasiswa tingkat kampus. Baik
organisasi intra kampus
(BEM, SENAT, HMJ, UKM-UKM) maupun organisasi ekstra kampus
yang berbentuk
Ormass Mahasiswa. Arahan yang paling maju adalah bagaimana
meningkatkan cara kerja
organisasi tingkat kampus untuk lebih prioritas pada hal-hal
yang sifatnya berkaitan erat
dengan massa Mahasiswa dan selalu aspiratif terhadap
kebutuhan Mahasiswa. Mengapa
peran organisasi tingkat kampus sangat penting ? karena ; 1.
Organisasi tingkat kampus
adalah wadah bagi para Mahasiswa yang aktif yang bisa
diartikan bahwa mereka
mempunyai cara pandang yang lebih maju di bandingkan dengan
Mahasiswa secara
umum, 2. Organisasi tingkat kampus adalah basis yang
mempunyai kekuatan massa
cukup konkrit, 3. Organisasi intra kampus mempunyai
legitimasi untuk mendorong
Mahasiswa untuk bergerak karena keberadaanya legal formal,
nah potensi-potensi inilah
yang sebenarnya bisa dijadikan sebagai medan maghnet untuk
menggerakkan seluruh
kekuatan massa Mahasiswa dikampus dalam satu kepentingan
bersama yaitu menuntut
hak-hak social ekonomi Mahasiswa. Cuma tinggal satu tahapan
lagi yaitu media apa yang
mampu menjembatani persatuan organisasi Mahasiswa ditingkat
kampus ? pilihan yang
cukup konkrit adalah dengan jalan membangun alat persatuan
dalam bentuk front sebagai
alat politik Mahasiswa dalam mendorong perwujudan
demokratisasi kampus.
Mengapa penting membangun front untuk memperjuangkan
demokratisasi kampus dan
peran apa yang bisa di lakukan oleh front untuk hal ini
Front persatuan ditingkat kampus diarahkan untuk memblejeti
dan mengambil peluang
dari pertentangan di kalangan kelompok reaksioner di
tingkatan kampus, serta untuk
melakukan counter terhadap kebijakan rektorat atau pihak
pengelola kampus yang cukup
menindas mahasiswa, untuk memantapkan pendirian, pandangan,
metode, sikap, dan
tindakan, sekaligus mengkualitaskan perjuangan massa
mahasiswa. Dasar yang substantif dalam front persatuan adalah aliansi antar
organisasi Mahasiswa tingkat kampus baik
organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus,
dengan satu prinsip kesamaan
kepentingan secara social ekonomi.
Untuk menggerakkan kualitas front, maka harus ada tahapan
yang harus dikerjakan, yaitu
: pertama : aktif mempropagandakan garis politik dan tuntutan
perjuangan disektor
pendidikan ke elemen-elemen yang kita jadikan sasaran
penggalangan front, kedua :
menyelenggarakan atau ikut dalam pertemuan dan konsolidasi
yang membahas tentang
perkembangan kondisi pendidikan yang menyangkut kepentingan
mahasiswa, pelajar,
dan rakyat secara umum. Ketiga : mancari irisan-irisan
kepentingan yang sama. Keempat
: Mengarahkan pertemuan dan konsolidasi untuk merumuskan
program dan agenda
bersama dalam kerangka menggerakkan langgam kerja politik
front.
Prinsip-Prinsip
Pembangunan Front Tingkat Kampus
Untuk menjaga arah perjuangan politik front persatuan tingkat
kampus diperlukan
prinsip-prinsip pokok yang dijadikan pedoman dalam
pembangunan dan perjuangan front
persatuan. Prinsip-prinsip itu menjadi arahan atau petunjuk dalam system kerja front
tingkat kampus.. Prinsip-prinsip tersebut yaitu ;
Adanya kesamaan pandangan dalam melihat situasi kampus
Adanya kesatuan program dan aksi
Kerjasama yang saling menguatkan bagi tiap-tiap organisasi
mahasiswa yang tergabung
didalamnya dan bagi kepentingan massa Mahasiswa secara luas
Saling mengedepankan inisiatif dalam meningkatkan kerja-kerja
perjuangan politik
secara bersama
Membuka ruang perdebatan yang lebih kualitatif dan di uji
dalam praktek
Selalu memberikan pendidikan politik kepada massa Mahasiswa.
Kerangka kerja yang harus selalu dilakukan adalah atas dasar
kepentingan hak-hak
sociall ekonomi Mahasiswa, mulai dari persoalan biaya kuliah
yang mahal, menuntut
fasilitas kampus, menuntut peningkatan mutu pendidikan agar
lebih ilmiah dan
demokratis. Beberapa analisa dan pandangan dalam membongkar
system dan kebijakan
kampus tentunya harus kita kualitatifkan dalam bentuk praktek
perjuangan lewat
propaganda dan aksi-aksi massa untuk mengkampanyekan
nilai-nilai perjuangan dan
garis politik yang anti terhadap imperialisme di bidang
pendidikan.
Toni Triyanto, Sekretaris Jenderal Komite Pimpinan Pusat
Serikat Mahasiswa Indonesia
(SMI) 2006-2009
Sumber: www.prp-indonesia.org
Diambil dari :
http://pelajarindonesia.net/index.php?option=com_content&task=view&id=4&Itemid=31
No comments:
Post a Comment